( catatan ini subyektif, bukan pembelajaran n atau karya sastra )
Malam ini aku baca catatan yang tertulis 10 (sepuluh ) tahun yang lalu. Mr Kong menulisnya dalam sebuah catatan, tulisan tentang seseorang yang tak mampu dimiliki, walau ‘dekat melekat’ , 이렇게 곁에 있어도( ireoke gyeote isseodo: walau di sisipun) namun tetap tak mampu dimiliki :
Aku berada tepat di depanmu, malam ini
Diam namun memandangmu..
Betapa bibirmu mampu tersenyum, namun air matamu mengalir…
Betapa kau ucapkan kata-kata kekuatan, namun tubuhmu lemah sekali
Aku hanya bisa ucapkan kata “미안하다는말을 하지마 ( mian handaneun marel hajima ) janganlah mengucap kata maaf
그대의 두눈에 흐르는 눈물을 볼수없어 ( kedaei dununae herenen nun mulel bulsu opso ) aku tak bisa melihat air matamu yang mengalir di dua matamu.
고마워 그대를 사랑할수 있어서.. ( gumawo gedaerel sarang halsuisoso ) terima kasih aku telah bisa mencintaimu
하지만 못다한 사랑에 내맘이 아파( hajiman muttahan sarange nae mami apa..) ” tetapi ketidak mampuanku menjaga cinta itu membuat hatiku sakit ” .
Kemudian diam, namun memandangmu
Dan dalam kebekuan hatimu
kau ucapkan …
” 기억할께요( kieok halgeyo ) ..ku akan mengingatmu….”
Namun lirih dan luruh dalam masa, di antar kenangan-kenangan tentang cinta, kenangan, perpisahan dan persahabatan
” 사랑한다는 마음으로도 가질 수 없는 너( saranghandaneun maeumeurodo gajil su eomneun neo )
engkau yang tak bisa kumiliki walau dari hati yang tulus aku mencintaimu
나를 봐 이렇게 곁에 있어도 널 갖지 못하잖아 ” ( nareul bwa ireoke gyeote isseodo neol gatji motajanha )
lihatlah aku, walau berada di sisimupun, namun ku tak mampu memilikimu
Di akhir catatannya tertulis :
때론 눈물도 흐르겠지 그리움으로 ( ttaeron nunmuldo heureugetji geuriumeuro ) ” kadang air mata ini pun mengalirkan kerinduan “
No comments:
Post a Comment